Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika

Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika Apa kabar Sobat Pembaca Berita Berceceran, Berita yang anda baca kali ini dengan judul Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika, berita brceceran telah menyiapkan artikel ini dengan sebaik-baiknya untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. semoga isi postingan yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, OK selamat membaca.

Judul : Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika
link : Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika

Baca juga


Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika


[portalpiyungan.com] Kasus penahanan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadhilah Supari yang dilakukan oleh KPK adalah sebuah upaya pembunuhan karakter sesuai pesanan pihak asing.

Itulah yang disampaikan oleh pengamat intelejen Sofjan Lubis.

"Negeri ini sudah 'kelewat batas', melakukan konspirasi atas pesanan asing karena alasan sang mantan menteri telah banyak melukai pihak-pihak kapitalis dalam bidang kesehatan dunia di WHO dan Namru Amerika," ungkapnya.

Kisah ini berawal dari ketika Siti Fadilah Supari melarang semua rumah sakit di Indonesia untuk mengirimkan sampel virus flu burung ke laboratorium Namru. Sebab, kontrak kerjasama dengan Namru telah berakhir sejak Desember 2005.

Siti Fadilah mengatakan dirinya keberadaan Namru-2 mengganggu kedaulatan Indonesia. Sebab, pusat penelitian itu meneliti virus yang dilakukan Angkatan Laut AS.

"Saya tidak akan rela kalau di wilayah yang berdaulat ini ada penelitian tapi ada militernya, tapi kok tidak jelas. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi," harapnya.

Pakar intelijen Laksamana Muda (Purn) Subardo tetap meyakini keberadaan laboratorium medis milik angkatan laut AS, The U.S. Naval Medical Research Unit Two (NAMRU-2) merupakan alat intelijen AS. Hal ini diyakini Subardo berdasarkan penilaiannya selama lebih dari 30 tahun bekerja di bidang intelijen serta pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) tahun 1986-1998.

Kisah pun berlanjut ketika banyak negara (termasuk Indonesia) dilanda bencana virus Flu Burung. WHO mewajibkan negara-negara yang menderita virus Flu Burung untuk menyerahkan virusnya ke laboratorium mereka.

Namun anehnya, hasil penelitian dari virus tidak diberikan kepada negara penderita (affected countries). Tiba-tiba vaksinnya sudah ada dan dijual secara komersial. Vietnam, contohnya, memiliki banyak penderita penyakit Flu Burung. Vietnam pun memberikan sampel virusnya ke WHO. Tidak ada vaksin yang didapat malah terpaksa untuk membeli vaksin Flu Burung dari salah satu perusahaan farmasi AS dengan harga mahal. Darimana vaksin itu berasal kalau bukan dari sampel virus flu burung Vietnam?

Ibu Menteri mencium aroma kapitalistik dari negara-negara maju, sebut saja, Amerika Serikat. Jelas saja ini akan sangat merugikan Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya apabila memberikan virus Flu Burung namun tidak mendapatkan vaksinnya.

Ada dugaan kalau WHO justru menjual kembali virus itu kepada perusahaan farmasi AS untuk dibuatkan vaksinnya yang akan dijual secara komersial kepada negara-negara yang menderita pandemi Flu Burung.

Hal ini semakin jelas ketika pihak WHO yang diwakili Dr. Heyman mendatangi Ibu Menteri Kesehatan memaksa Ibu Siti Fadilah untuk memberikan sampel virus Flu Burung Indonesia kepada WHO. Dari hasil sebuah penelitian, virus Flu Burung ala Indonesia memiliki tingkat keganasan yang sangat tinggi.

Vaksin flu burung yang sudah ada waktu itu tidak mampu mengatasi virus Flu Burung ala Indonesia. Ibu Menteri Kesehatan menyadari bahwa virus Flu Burung ala Indonesia yang sangat dibutuhkan WHO adalah sebuah bargaining power untuk mereformasi WHO yang tidak adil dan menguntungkan AS saja.

Tindakan dan aksi seorang Siti Fadhillah Supari telah mendunia, namun kini semua itu harus terbayar oleh antek antek asing di negeri ini, melalui tangan-tangannya di KPK

Sebelumnya, Mantan Menkes 2004-2009 Siti Fadhilah Supari ditahan KPK Senin 24 Oktober 2016.

Di depan pers, ia terlihat berusaha menahan tangisnya karena dikhianati bangsanya sendiri. Siti yang sudah mengenakan rompi 'Tahanan KPK' mengaku sebagai pihak yang dikriminalisasi pada kasus tersebut.

Ia membantah pernah menerima uang haram dalam bentuk Mandiri Travellers Cheque (MTC) seperti yang dituduhkan kepada dirinya. Apalagi, Siti Fadilah mengaku hari ini diperiksa hanya sebatas konfirmasi.

"Tidak ditanya apa-apa. Cuma ditanya kenal ini sama kenal ini tidak. Kok ditahan. Belum sampai pada pokok perkara. Saya merasa ini tidak adil," kata Siti Fadilah saat hendak digelandang ke mobil tahanan, Jakarta, Senin 24 Oktober 2016.

Di manakah keadilan di negeri ini kawan?

Penulis: Adityawarman
Editor: Tim Portal Piyungan


Temen dan Sobat baru saja selesai membaca :

Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika

itulah tadi berita Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika , kami berharap sobat sudah membaca dengan baik. namun , jika sobat kurang jelas silakan di baca ulang.

anda baru saja membaca Tahan Mantan Menkes, KPK Ikuti Pesanan Amerika ini linknya kalau mau di save http://beritaberceceran.blogspot.com/2016/10/tahan-mantan-menkes-kpk-ikuti-pesanan.html